RODA SEPEDA

By Ang Eisntein - Jumat, Agustus 11, 2017


Penatnya ibu kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya penuh lika-liku pengendara dari motor maupun mobil, macet pun tak terbendung kepulan asap hitam terlihat dimana-mana, tak kalah gedung pencakar langit yang bisa terlihat dari kejauhan. Mbak tin, begitulah panggilan orang-orang pinggiran kota itu kepada seorang
penjual jamu keliling, dengan lantangnya ia mengayuh sepedanya mengitari berbagai macam komplek maupun gang-gang kecil di setiap sore. Tak ada yang pernah mengira wanita yang dulunya primadona di desanya kini harus rela membanting tulang, tiap hari tak pernah tubuhnya berhenti bergerak itupun demi buah hatinya yang akan menginjak Sekolah Menengah Atas. “Nduk, Ibu mangkat kerjo disek” ucap tina dengan sibuknya tina menyiapkan sepeda yang selalu menemani tiap sore. “Enje buk, ati-ati buk” jawab nia ke ibunya, nia yang saat itu sedang membersihkan halaman.
Tak tahu mengapa orang-orang masih memanggil tina sebagai mbak tin meski usia nya sudah menginjak kepala tiga. Di usianya yang sangat mudah dulu ia telah di jodohkan oleh ayahnya, anak bungsu dari tiga bersaudara ini tak kuasa untuk menolak permintaan ayahnya. Mungkin bisa di katakan permintaan terakhir ayah tina. Di perkenalkanlah arif ke tina, keluarga mereka berdua adalah keluarga berada. Sawah yang luas berhektar-hektar milik ayah tina kelak kan jadi warisan arif. Suatu ketika ayah tina berpesan ke anak bungsu nya “nduk, kelak bapak pasti gak ada, bapak pengen kamu itu bahagia. Bapak udah jodohkan kamu dengan anak teman bapak di kampung sebelah” ujar bapak terhadap tina. Saat itu tina hanya menundukkan kepalanya, mengisyaratkan ia tidak menolak permintaan bapaknya.
Di hari itu setelah tina meninggalkan rumahnya untuk menjual jamu-jamunya, ia mengitari komplek dan gang yang biasa ia lewati. Seperti biasa langganannya yang berusia setengah abad menyukai jamu racikan mbak tin ini… Kembali lagi mengingat perkenalan tina dengan arif, selang beberapa hari bapak tina bilang tentang perjodohan tersebut. Paginya arif datang kediaman tina, sekedar berkunjung dan bincang-bincang kesana kemari dengan bapak tina, sampai akhirnya bapak tina memanggil tina dan sekaligus memperkenalkan tina kepada arif. “ini loh anak bapak, cantikan?” katanya bangga , “iya pak cantik” jawab arif. Kemudian bapak tina sedikit menjauh sambil bilang “Tin, ajak arif jalan-jalan di kebun jeruk” dan hilanglah bapak dari pandangan mereka. Tina pun melangkah tanpa sepatah kata, jalannya pun sedikit cepat. Di susulnya arif dari belakang, ia berkata “Kok jalannya cepet banget?” tanpa sepatah kata pun ia melanjutkan langkahnya. Arif pun sedikit canggung untuk mengajaknya bicara, hingga akhirnya mereka sampai di kebun milik ayahnya. Di situlah tina baru membalas pertanyaan arif “Biar cepet sampainya mas” jawabnya singkat dan padat. Arif pun terdiam, ia pun mendekati tina dan berkata “Hari ini cerah ya?” pertanyaan simple seperti ini langsung di jawab tina “iya mas, semoga besok juga secerah hari ini” mendengar itu arif seakan mendengar doa.
Arif pun mulai menanyakan hal-hal yang lain pikirnya sekedar basa-basi. Hingga sampai ia menanyakan “Sudah tau sejak kapan tentang perjodohan kita?” … tina terdiam pandangannya sedikit buram kemudian ia mendengar panggilan “mbak tin, mbak tin, jamuu” tina pun tersadar dari lamunannya lalu menjawab “Enje mbak, sekedap malih” ternyata salah satu pelanggannya memanggilnya. Dilayaninya pelanggan tersebut, terkenalnya mbak tin di sekitaran masyarakat situ. Parasnya yang cantik dan kepribadiaannya yang baik. Pernah suatu ketika ada ibu-ibu membeli jamunya dan itupun ngutang, tapi tina tidak pernah mempermasalahkan itu. Baginya jika mereka membutuhkan biarlah mereka mendapatkannya, toh kita juga sama-sama manusia yang saling membutuhkan.
Hari pun sudah berganti malam, tina mengayuhkan sepedanya. Ia teringat akan ucapan arif “ …….tau sejak kapan tentang perjodohan …” sedikit terdiam lalu lekas tina menjawab “Baru beberapa hari yang lalu” arif pun mulai mengajak tina ke obrolan-obrolan yang lain. Larutlah tina akan perbincangan mereka, hingga matahari berada di atas kepala. Arif pun mengajak kembali ke rumah, pamit lah dia ke bapak tina. Di situlah tina mulai mengetahui arif, selalu bisa membuat perbincangan dari yang sedang, kadang bercanda lalu serius. Tina mulai tau sedikit tentang arif. Setelah selang beberapa bulan hari yang telah di nantikan telah tiba .. pernikahannya dengan arif sangatlah mewah, meskipun itu di selenggarahkan di desa. Orang-orang mulai datang, berjibun dari mereka ucap tina dari dalam hati. Satu tahun kemudian mereka di karuniai seorang bayi cantik. Berbahagialah mereka akan buah hati mereka yang pertama. Hari-hari pun berjalan seperti biasa. 2tahun pun berlalu mereka di karuniai anak kedua dan akhirnya kejadian-kejadian aneh terjadi pada suaminya. Ia pun jarang pulang ke rumah .. dan suatu ketika ……

Tersadar dari lamunannya. Malam itu setelah pulang dari berjualan jamu, tina sedang membersihkan rumah di bantu dengan anak pertama nya Nia dan Anak nya yang kedua Wahyu masih tertidur pulas. Mengingat anaknya masih berumur belasan. Tina selalu mengajarkan mereka untuk bersabar, Hasil hari ini lumayan menurut tina, tak terbayang di hendak nya. Kehidupan nya bakal berubah drastis setelah sepeninggalan kedua orang tua nya. Suaminya telah di culik oleh wanita lain dan akhirnya tina di abaikan olehnya.

Kini tina hanya bisa mengingatnya sebagai kenangan indah. Kini tinggalah dia dengan sepeda bututnya. Roda sepeda yang selalu berputar menemaninya. Kemanapun ia melangkah. (fin)



(EPH)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar